PLTP Sorik Marapi di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, merupakan salah satu proyek strategis nasional serta menjadi bagian dalam Program 35.000 MW dan Fast Track Program (FTP) 10.000 MW Tahap II. Pembangunan PLTP Sorik Marapi menggunakan model incremental development kegiatan konstruksi PLTP dan eksplorasi dilakukan secara bersamaan. Dengan demikian, cash inflow dapat diperoleh lebih cepat dan investasi yang diperlukan lebih rendah.

PLTP Sibayak, terletak di Kabupaten Brastagi, Sumatera Utara, memiliki total kapasitas terpasang sebesar 12 MW—terdiri dari 1 Unit Monoblok 2 MW dan 2 Unit PLTP 2x5 MW. PLTP Sibayak merupakan PLTP pertama yang dikembangkan di Pulau Sumatera dan Energy Sales Contract (ESC) dengan PT PLN (Persero) untuk memenuhi kebutuhan listrik provinsi Sumatera Utara dan sekitarnya.

PLTP Sarulla, terletak di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, merupakan PLTP pertama di Indonesia yang menggunakan tiga metode dalam pembangkitannya, yaitu condensing, bottomic, dan binary sehingga efisien dalam memanfaatkan uap dan produk uap (brine). Sarulla Operations Ltd. telah membangun PLTP dengan kapasitas 3 x 110 MW—salah satu yang terbesar di dunia—untuk berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan listrik di Sumatera Utara dan mendukung Program 35.000 MW.

PLTP Muara Laboh Tahap 1 dengan kapasitas sebesar 85 MW, terletak di Solok Selatan, dikembangkan untuk memperkuat sistem ketenagalistrikan Sumatera bagian Barat. PLTP Muara Laboh mampu memasok daya listrik untuk 340.000 rumah tangga khususnya di Solok Selatan dan daerah sekitarnya. PT Supreme Energy memiliki rencana untuk mengembangkan PLTP Muara Laboh Tahap 2, untuk mendukung tercapainya target bauran EBT pada tahun 2025.

PLTP Dieng 70 MW yang terletak di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah dikembangkan sebagai proyek berkelanjutan guna mendukung tercapainya target bauran energi terbarukan—khususnya panas bumi yang ramah lingkungan. Kontur pengunungan, sumber air panas, solfatara, fumarole serta formasi bebatuan mengindikasikan bahwa Dieng merupakan lokasi yang potensial untuk pengembangan proyek PLTP, dengan total potensi dipe7irakan sebesar 400 MW.

PLTP Kamojang, terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat, merupakan PLTP pertama yang beroperasi di Indonesia tahun 1982 dengan 1 Unit Pembangkit (30 MW). PLTP Kamojang dengan kapasitas 140 MW terintegrasi dengan PLTP Darajat 55 MW dan PLTP Gunung Salak 180 MW dalam PLTP Kamojang Power Generation O&M Services Unit (POMU) 375 MW. PLTP Kamojang POMU ini menjadi salah satu pembangkt andalan dalam sistem ketenagalistrikan nasional yang dimiliki PT PLN (Persero).

PLTP Wayang Windu terletak di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. PLTP Wayang Windu Unit 1 beroperasi secara komersial pada tahun 2000 dengan kapasitas 110 MW. Sedangkan Unit 2, dengan kapasitas 117 MW, beroperasi secara komersial pada tahun 2009. Listrik yang dibangkitkan dari PLTP Wayang Windu menjadi salah satu suplai utama dalam sistem ketenagalistrikan Jamali (Jawa-Madura-Bali).

PLTP Patuha 55 MW di Kabupaten Bandung, Jawa Barat beroperasi sejak 2014. Listrik yang dibangkitkan mampu meningkatkan keandalan sistem transmisi Jawa – Bali dan menyuplai kebutuhan listrik lebih dari 60.000 rumah. Total potensi energi panas bumi yang dihasilkan di area Patuha diperkirakan mencapai 400 MW. Saat ini, PT Geo Dipa Energy tengah merencanakan pengembangan PLTP Patuha Unit 2 dan 3 dengan kapasitas masing-masing sebesar 55 MW.

PLTP Ulumbu, terletak di Desa Wewo, Manggarai, NTT, memiliki 4 unit pembangkit dengan kapasitas masing-masing sebesar 2,5 MW. Unit 1 dan 2 berhasil memenuhi 100% kebutuhan listrik Kabupaten Ruteng dan Borong. Sedangkan Unit 3 dan 4 ditujukan untuk memenuhi kebutuhan listrik destinasi wisata di Labuan Bajo dan Kabupaten Ngada.

PLTP Lahendong menjadi salah satu andalan pasokan listrik di wilayah Sulawesi Utara dan merupakan contoh kesuksesan pengembangan proyek panas bumi di wilayah timur. PLTP Lahendong mulai beroperasi sejak tahun 2001 dengan unit pertamanya (Unit 1). Selanjutnya, pengembangan PLTP Lahendong terus dilakukan hingga menjadi 6 unit. Unit 1-4, dengan kapasitas masing-masing 20 MW, dimiliki dan dioperasikan oleh PT PLN (Persero); sedangkan Unit 5 dan 6, dengan kapasitas masing-masing 20 MW, dioperasikan oleh PT Pertamina Geothermal Energy.